Month: July 2016

#InfoAleut: Kelas Literasi Pekan ke-53 dan Ngaleut Kampung Blekok

Selamat berakhir pekan, Aleutians! Seperti yang sudah-sudah, di hari ini kami mau bagikan dua info kegiatan mingguan Aleut yang dijamin bakal seru 😀

2016-07-30 Literasi

Siang hari ini bakal berlangsung Kelas Literasi pekan ke-53. Seperti minggu lalu, di kelas ini ini juga kita akan bersama-sama meresensi buku yang telah Aleutians baca. Tema buku yang dibahas bebas kok, ga harus seputar sejarah, jadi siapapun bisa ikut. Kalau Aleutians ga punya buku yang diresensi, Aleutians bisa datang untuk menyimak resensi lisan dan ikut berdiskusi seputar isi buku atau tema dari buku yang sedang diresensi 😀

Langsung saja merapat Sabtu ini ke Halaman Gedung Indonesia Menggugat (Jl. Perintis Kemerdekaan) mulai pukul 13.00 WIB.

WhatsApp Image 2016-07-29 at 11.54.41 AM

Nah, di hari Minggunya kita akan “Ngaleut Kampung Blekok”. Sesuai dengan judulnya, di Ngaleut kali ini Aleutians akan main ke lokasi yang punya populasi burung Blekok paling banyak di Kota Bandung. Selain itu, kita juga akan aprak-aprakan ke titik lain yang ga kalah menariknya. Seru kan? 🙂

Sekiranya kawan-kawan tertarik untuk bergabung, langsung aja konfirmasi kehadiranmu via SMS/WA ke nomor 0896-8095-4394 atau LINE @flf1345r (jangan lupa pakai “@”) lalu kumpul Kedai Preanger (Jl. Solontongan No. 20-D) pukul 07.30 WIB. Jangan lupa cantumkan bawa motor atau tidaknya. Oh iya, mengingat cuaca Bandung yang lagi susah banget ditebak, masing-masing peserta juga mohon siapin jas hujan atau payung yes 🙂

Jangan lupa juga ajak teman, pacar, istri, keluarga, tetangga, mantan, rekan kerja, boss, atau gebetanmu agar kegiatan minggu ini semakin seru. Sampai jumpa 🙂

Menantang Maut: Maribaya-Subang di Bulan Juli

Oleh: Chika Aldila (@chikaldila)

Kalau dilihat-lihat lagi, judulnya cukup menyeramkan: Menantang Maut. Sebenarnya, perjalanan kali ini tidak semenyeramkan itu, tapi cukup masuk akal kalau beberapa orang, terutama orang tua saya, menyebut perjalanan tersebut sebagai kegiatan menantang maut.

Kami tidak meloncat dari tebing, tidak mendaki gunung tinggi, tidak memasuki hutan lebat penuh dengan binatang buas, tidak. Seperti biasa, di hari Minggu (17/07/2016) pagi, saya dan beberapa pegiat Komunitas Aleut melakukan kegiatan rutin touring dari Maribaya ke Subang dengan motor yang kemudian disebut dengan istilah Ngaprak (Bahasa Sunda, memiliki makna serupa dengan kukurilingan/berkeliling). Hanya saja, rute yang akan kami lalui cukup beresiko karena pengaruh langit yang sedang senang-senangnya menangis terseguk-seguk di bulan Juli ini. Jalanan licin dan hujan lebat tentunya akan kami lalui, tapi ternyata ada satu hal yang saya pribadi tak sempat prediksi: kemungkinan terjebak longsor di tengah jalan.

Berangkat dari Kedai Preanger seperti biasanya, saya dan tandem saya Tegar mengambil posisi belakang sebagai sweeper. Ini berarti, saya dan teman saya ini harus dengan sigap memperhatikan posisi dan kondisi teman lainnya di depan. Selain itu, kami berdua bisa melihat dengan jelas berbagai macam kesulitan yang teman-teman lain hadapi selama perjalanan. Dan untuk saya pribadi, melihat teman-teman lain kesulitan membuat saya semakin parno! Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi Pekan ke-52 dan #Ngaleut Jejak Revolusi di Bandung

Selamat berakhir pekan, Aleutians! Es yusuel, di hari ini kami mau share dua info kegiatan mingguan Aleut yang dijamin bakal seru :D:)

IMG-20160722-WA0026.jpg

Siang ini akan berlangsung Kelas Literasi pekan ke-52. Seperti pekan-pekan sebelumnya, Sabtu ini juga kita akan bersama-sama meresensi buku yang telah Aleutians baca. Tema buku yang dibahas bebas kok, jadi siapapun bisa ikut. Ga punya buku yang diresensi? Ga usah khawatir, Aleutians juga bisa datang untuk menyimak resensi lisan dan ikut berdiskusi seputar isi buku atau tema dari buku yang sedang diresensi kok 😀

Kawan-kawan bisa langsung saja merapat Sabtu ini ke Taman Maluku (Dekat Patung Pastor Verbraak) mulai pukul 13.00 WIB.

WhatsApp-Image-20160722

Sedangkan di hari Minggu, kita akan “Ngaleut Jejak Revolusi di Bandung”. Sesuai dengan judulnya, di Ngaleut kali ini Aleutians akan menelusuri beberapa jejak para pejuang di masa revolusi (1945-1949) di Kota Bandung. Seru kan? 🙂

Sekiranya kawan-kawan tertarik untuk bergabung, langsung aja konfirmasi kehadiranmu via SMS/WA ke nomor 0896-8095-4394 atau LINE @flf1345r (jangan lupa pakai “@”) lalu kumpul di sisi utara Alun-alun Kota Bandung pukul 07.00 WIB. Oh iya, mengingat cuaca Bandung yang lagi susah banget ditebak, masing-masing peserta juga jangan lupa siapin jas hujan atau payung yes 🙂

Jangan lupa juga ajak teman, pacar, istri, keluarga, tetangga, mantan, rekan kerja, boss, atau gebetanmu agar kegiatan minggu ini semakin seru. Sampai jumpa 🙂

 

Tuhan, Izinkan Kami Berkumpul di Sudut Meja KFC!

Sumber foto: https://id.pinterest.com/pin/171207223310983609/

Dulu, ketika saya punya pacar, tak jarang saya mengajaknya pergi jalan-jalan di akhir pekan. Berkeliling kota, makan bareng, sampai menyaksikan event-event musik yang diselenggarakan di hari Sabtu atau Minggu. Ya, Bandung di akhir pekan memang selalu menawarkan hal-hal mengasyikka, khusunya bagi mereka muda-mudi yang sedang jatuh cinta.

Namun ada yang berbeda ketika saya bicara tentang jalan-jalan bersama keluarga. Durasinya tidak sesering dengan pacar, dulu. Bahkan, jalan-jalan bersama keluarga satu tahun sekali pun sudah beruntung. Yang saya ingat, selama ini saya tidak pernah jalan-jalan bersama keluarga dengan formasi utuh. Paling banter saya jalan-jalan hanya dengan Ibu, Kakak, dan Adik, tanpa seorang leader, seorang Bapak.

Entah kenapa, Bapak tidak pernah urung ikut bila saya, Ibu, Kakak dan Adik bepergian. Dari kecil sampai sekarang, belum pernah saya jalan-jalan bareng dengan Bapak. Justru dengan almarhum Kakeklah saya sering bepergian. Naik Damri dari Cibeureum menuju Cicaheum, atau jalan-jalan santai menyusuri pasar-pasar tradisional. Seperti saat itu, Kakek mengajak saya jalan-jalan ke Pasar Andir. Makan bakso berdua dengan lahapnya, dan yang saya ingat, saya sampai nambah. Hahaha… Sampai sekarang saya masih merasakan kalau bakso di sekitar pasar Andir itu adalah bakso terenak, lebaynya sih gitu. Bisa jadi saat itu karena saya kelelahan setelah diajak jalan-jalan oleh Kakek. Entahlah.

Karena sejak kecil saya sering diajak jalan-jalan keliling Bandung oleh Kakek, sampai sekarang saya masih ingat beberapa tempat kenangan bersama beliau. Jalan Pungkur dan Jalan Dewi Sartika salah duanya. Saya sudah Ngaleut sejak kecil, lho! Hahaha…

Berbeda dengan sang Bapak, sampai saya berumur kepala dua seperti saat ini, saya belum pernah sekalipun jalan-jalan bersama Bapak. Kadang suka iri apabila melihat orang lain sedang bersenang-senang dengan Bapaknya, sesuatu yang sampai saat ini belum pernah saya alami. Continue reading

Sedikit Cerita Tentang Bapak

Oleh: Anggi Aldila Besta (@anggicau)

Bulan ini bioskop lagi ramai film “Sabtu Bersama Bapak”, plus-minus tentang film itu bermunculan di sejumlah forum. Tapi bukan karena film itu saya ingin bercerita tentang orang tua saya, terutama Bapak. Sebenarnya sedikit malas juga kalau saya harus bercerita tentang keluarga saya, tapi berhubung besok adalah ulang tahun Bapak, saya coba menulis apa yang saya ingat tentang beliau.

Tulisan ini tidak akan memuat soal hal – hal yang menyangkut pribadi Bapak, karena sampai sekarangpun saya tidak mengetahui apa hobi beliau, ulang tahunnya pun saya baru tahu kemarin itu pun harus nanya sama bibi saya dulu.

Hubungan saya dengan Bapak saya sebetulnya tidak terlalu dekat sejak lama, mungkin ini jadi salah satu sebabnya saya acuh dengan ulang tahun beliau. Selama seumur hidup saya, belum pernah sekalipun saya mengucapkan selamat ulang tahun untuk Bapak. Selama ini, terserah orang mau mengatakan apa tentang hubungan saya dengan Bapak seperti apa.

Baru setelah saya bekerja di Jakarta, hubungan antara saya dan Bapak sedikit mencair. Bapak paling senang apabila diajak soal ngobrol sosial-politik, meski sesekali bapak selalu mengingatkan ”cik pang mamatahankeun itu adi  – adi teh, sugan ku Aa mah nurut” .

Sejak kecil saya melihat sosok Bapak adalah sosok yang galak, tegas, dan semacamnya, mungkin sifat itulah yang membuat saya takut terhadap Bapak.  Ketika saya kecil, saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah nenek, terkadang lebih suka bercengrama dengan  Kakek (Alm.) daripada sama Bapak. Mungkin kalau saat itu saya  sudah bisa kritis saya akan bilang “Kenapa sih saya tidak pernah diajak main atau bahkan diantar ke sekolah sama Bapak?” Continue reading

Maribaya-Subang: Kisah Perjalanan dan Waktu

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

Saya tidak menyukai mereka yang touring memakai motor. Maksudnya mereka yang selalu membawa led glow stick alias tongkat nyala yang diacung-acungkan untuk mengusir pengendara lain agar memberi jalan kepada rombongannya. Atau yang kerap menyalakan klakson supaya pengguna jalan lain berkendaranya lebih menepi. Siapa anda-anda ini sebenarnya? Tidak pernah menjadi kandidat presiden kok berani-beraninya mengusir orang di jalanan. Saya golput seumur hidup karena tak sudi memberikan suara kepada mereka yang hanya akan memblokade jalan dengan bantuan aparat. Soal perjalanannya silahkan saja nikmati, toh saya pun kerap melakukannya.

Sekali ini, seminggu pasca lebaran 1437 H, saya bersama kawan-kawan Komunitas Aleut pergi ke Maribaya dan Subang via perkebunan Bukanagara. Motor matic mengusai, dan sebelum berangkat (malas) dijejali teknik berkendara rombongan. Bukan apa-apa, teori-teori itu akan menguap jika tak ada kesadaran berkelompok. Saya jarang di depan, persoalannya sederhana: tidak terlalu hapal jalan. Mengantarkan kawan ke Sadang Serang saja nyasar ke Supratman dan Ahmad Yani. Paling belakang pun jarang, sebab saya bukan penghitung motor yang baik.

Kalau saya tak keliru, kemarin itu mula-mula bergerak dari Solontongan, Laswi (melewati mulut jalan Talaga Bodas tentu saja), Sukabumi, Supratman, Katamso, Pahlawan, Cikutra, Cigadung, Buniwangi, Maribaya, Cikawari, dan selanjutnya saya tak hapal. Tak terasa rombongan sudah tiba di jalanan makadam yang konon diambil dari nama penggagasnya yaitu John Loudon McAdam. Makadam adalah jalan yang terbuat dari batu pecah yang diatur padat lalu ditimbuni kerikil, meski rata-rata kerikilnya sudah tidak ada.

Barangkali saya telah puluhan kali melewati jalan makadam, tapi sekali ini kondisinya amat menantang: licin berlumut dan pasca ditimpa hujan. Ban belakang terus membuang ke kanan-kiri. Oleng kapten. Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi Pekan Ke-51 (16/07/2016) dan Ngaleut Maribaya-Subang (17/07/2016)

Selamat berakhir pekan, Aleutians! Udah pada balik lagi dari kampung halaman belum? Kalau sudah, Aleutians bisa gabung di dua kegiatan seru pekan ini 🙂

2016-07-16 Kelas Literasi Taman Fotografi

Sabtu ini akan berlangsung Kelas Literasi pekan ke-51. Seperti pekan-pekan sebelumnya, Sabtu ini juga kita akan bersama-sama meresensi buku yang telah Aleutians baca. Tema buku yang dibahas bebas kok, jadi siapapun bisa ikut. Ga punya buku yang diresensi? Ga usah khawatir, Aleutians juga bisa datang untuk menyimak resensi lisan dan ikut berdiskusi seputar isi buku atau tema dari buku yang sedang diresensi kok 😀

Kawan-kawan bisa langsung saja merapat Sabtu ini ke Taman Fotografi (Jl. Cempaka-Bandung) mulai pukul 14.00 WIB.

2016-07-17 Touring Subang 2

Sedangkan di hari Minggu, kita akan “Ngaleut Maribaya-Subang”. Sesuai dengan judulnya, di Ngaleut kali ini Aleutians akan berkunjung dan main ke Maribaya dan ke beberapa tempat di Kabupaten Subang. Seru kan? 🙂

Sekiranya kawan-kawan tertarik untuk bergabung, langsung aja konfirmasi kehadiranmu via SMS/WA ke nomor 0896-8095-4394 atau LINE @flf1345r (jangan lupa pakai “@”) lalu kumpul di Kedai Preanger (Jl. Solontongan 20-D) pukul 06.30 WIB. Cantumkan keterangan bermotor/nebeng saat konfirmasi. Oh iya, masing-masing peserta juga jangan lupa siapin jas hujan yes 🙂

Jangan lupa juga ajak teman, pacar, istri, keluarga, tetangga, mantan, rekan kerja, boss, atau gebetanmu agar kegiatan minggu ini semakin seru. Sampai jumpa 🙂

Hal-hal yang Saya Lakukan Saat Naik DAMRI Leuwipanjang-Ledeng

Oleh: Irfan Noormansyah (@fan_fin)

“Ayoo, ayooo cepetan naik bu, jalanan lagi macet nih”, sebuah seruan dengan logat khas Batak terdengar dari balik kemudi lebar transportasi besar. Dengan seragam dinas berwarna biru telur asin, wajah di balik kacamata ovalnya sedikit merengut kepada ibu-ibu yang membawa barang bawaan cukup banyak ke dalam kendaraannya. Cahaya matahari siang itu cukup membuat dahinya yang agak lebar berkilauan juga dikarenakan rambut klimis berpomade-nya disisir slicked back kekinian bak anak muda jaman sekarang.

Padahal kejadian ini terjadi berkisar di tahun 2005-2010, ketika gaya rambut spike menjadi trend saat itu. Ia adalah seorang supir bis DAMRI jurusan Leuwi Panjang-Ledeng di masa itu, entah sekarang masih bertugas atau tidak. Mungkin dialah satu-satunya supir DAMRI yang bisa saya ingat sampai saat ini karena tingkah laku dan dandanannya yang cukup nyentrik kala itu. Usianya sudah paruh baya, tapi masih menggunakan sebuah tindikan di telinga kiri seperti anak muda yang gemar nongkrong di Dago sore hari sambil menenteng skateboard. Continue reading

#InfoAleut: #KelasLiterasi Pekan ke-50 dan #Ngaleut Saguling-Ciwidey

Selamat berakhir pekan, Aleutians! Udah pada mulai mudik belum nih? Kalau belum, Aleutians bisa gabung di dua kegiatan seru minggu ini 🙂

WhatsApp-Image-20160702

Siang hari ini akan berlangsung Kelas Literasi pekan ke-50. Seperti di minggu lalu, minggu ini juga kita akan bersama-sama meresensi buku yang telah Aleutians baca. Tema buku yang dibahas bebas kok, jadi siapapun bisa ikut. Ga punya buku yang diresensi? Ga usah khawatir, Aleutians juga bisa datang untuk menyimak resensi lisan dan ikut berdiskusi seputar isi buku atau tema dari buku yang sedang diresensi kok 😀

Langsung saja merapat siang hari ini ke Kedai Preanger (Jl. Solontongan No. 20-D) mulai pukul 14.00 WIB. Kelas Literasi kemudian akan dilanjutkan dengan nonton bareng Persib Bandung vs PSM Makassar. Seru kan? Makanya langsung gabung aja 😀

WhatsApp-Image-20160701 (1)

Sedangkan di hari Minggu, kita akan “Ngaleut Saguling-Ciwidey”. Sesuai dengan judulnya, di Ngaleut kali ini Aleutians akan berkunjung dan main ke Waduk Saguling sekaligus muter sedikit ke arah Ciwidey. Seru kan? 🙂

Sekiranya kawan-kawan tertarik untuk bergabung, langsung aja konfirmasi kehadiranmu via SMS/WA ke nomor 0896-8095-4394 atau LINE @flf1345r (jangan lupa pakai “@”) lalu kumpul di Kedai Preanger (Jl. Solontongan 20-D) pukul 06.30 WIB. Cantumkan keterangan bermotor/nebeng saat konfirmasi. Oh iya, masing-masing peserta juga jangan lupa siapin jas hujan yes 🙂

Jangan lupa juga ajak teman, pacar, istri, keluarga, tetangga, mantan, rekan kerja, boss, atau gebetanmu agar kegiatan minggu ini semakin seru. Sampai jumpa 🙂

Adakah yang Bisa Dituliskan dari Band Bernama Pure Saturday?

Oleh: Arif Abdurahman (@yeaharip)

Jika bukan kemeja, biasanya motif batik, maka pria tambun itu akan tampil di muka umum dengan atasan kaus Pure Saturday. Jika beruntung–sialnya akan selalu beruntung, saya, juga kamu, saat hari kerja bisa mendapatinya siang hari datang ke Kedai Preanger untuk mengasoh, memesan es teh manis, lalu memutar lagu-lagu dari band bergenre alternative atau britpop keras-keras. Ini kantor kedua saya, kelakarnya. Mempunyai anak bernama Kafka, namun berbeda seperti ayah dari pengarang fenomenal kelahiran Ceko yang merupakan pemilik nama tersebut, sulit membayangkan kalau pria bulat itu akan jadi seorang bapak yang bengis dan otoritatif bagi anaknya. Di senja hari Sabtu kemarin (18/06/16), dengan perut yang masih buncit seperti ibu hamil trimester tiga itu masyuk memoderatori Kelas Literasi Komunitas Aleut pekan ke-48.

clnz9n8wkaektv5

Jadi adakah yang bisa dituliskan dari band bernama Pure Saturday? Pertanyaan bodoh. Sudah jelas bahwa segalanya pasti bisa dituliskan. Untuk menulis profil seorang Pure People–sebutan bagi fans dari band tersebut–saja sangat bisa, itu pun masih banyak yang belum tergali, apalagi untuk menarasikan sebuah band yang lahir tahun 1994 itu. “Entah mau dimulai darimana soal PURE SATURDAY ini, soalnya dari mulai saya mengenal nama Pure Saturday, sampai dekat dengan para personilnya saat ini terlalu banyak cerita untuk dikisahkan,” tulis pria cengos berakun @anggicau itu di blognya Continue reading

Membedah “Based on a True Story” di #KelasLiterasi Edisi Ke-48

Oleh: Ramadita Alya Azizah (ROI-Radio)

Ada pengalaman seru pas kemarin menghabiskan waktu menunggu adzan maghrib. Ngabuburit hari Sabtu (18/6) kemarin lebih bermanfaat ketimbang momotoran di flyover Pasupati, soalnya Komunitas Aleut Bandung bikin acara #KelasLiterasi ke-48. Kali ini Komunitas Aleut mengadakan bedah buku Based on a True Story, sebuah biografi Pure Saturday, dengan pembicaranya yaitu penulis buku itu sendiri, Kang Idhar Resmadi.

Buku ini telah terbit pada tahun 2013 lalu, namun karena Pure Saturday ini adalah band pentolan dari Bandung, maka Komunitas Aleut ingin mengangkat buku ini sebagai salah satu bahasan kelas literasi konteks urban. Acara yang bertempat di markas barudak Aleut, Kedai Preanger, Jalan Solontongan 20D, ini dimulai pukul 3 sore, dengan moderatornya gegedug Purepeople, Kang Anggi Cau. Di sini Kang Idhar menceritakan proses kreatifnya dan perjalanan penulis semasa penulisan buku yang dilakukan sekitar 1,5 tahun.

Berawal dari Kementerian Budaya yang meminta Kang Idhar untuk menulis profil sukses figur kreatif. Sempat bingung siapa subjeknya, namun dengan tekad beliau menulis tentang Pure Saturday dengan alasan subjektif: musik PS-lah yang menemani perjalanan hidupnya, dimulai dari bangku Sekolah Dasar sampai sekarang, dari album Utopia sampai Grey. Pada akhirnya Dendy Darman (UNKL 347) meminta Kang Idhar dan Anto Arief (70’s Orgasm Club) untuk membukukan suatu perjalanan kisah suatu band. Sebelumnya om Dendy menawarkan untuk menulis biografi band Shaggy Dog, Superman is Dead, dan Pure Saturday. Karena sebelumnya Kang Idhar pernah menulis tentang kisah sukses Pure Saturday, maka dibuatlah buku tentang perjalanan klise yang sangat biasa saja tentang Pure Saturday, sebagaimana dikisahkan Kang Idhar.

Klise, biasa aja. Itulah yang Kang Idhar rasakan ketika mendengar cerita dari semua personel Pure Saturday. Konflik yang umum dari semua personel band yang ada, antara harus memilih kuliah, kerja, atau nge-band. Semua musisi akan merasakan dilema seperti itu. Namun, Kang Idhar sebagai penulis melibatkan emosi dari setiap kisah itu sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk membuat angle cerita yang menarik untuk dibaca. Diakui penulis terinspirasi dari buku biografi Alex James, bassist Blur, yang jalan ceritanya pun sama: klise, tentang perjalanan hidup yang biasa aja. Namun dengan teknik menulis biografi yang melibatkan suatu konflik dan emosi, jadilah buku singkat yang katanya bisa dibaca sehari aja.

Pada bedah buku ini, Kang Idhar menceritakan bagaimana proses wawancara dengan personel PS yang anti-rockstar syndrome, dan sangat humble padahal diyakini anak muda indie kalau PS memang pionir band indie di Bandung. Santun euy. Personel PS yang basic-nya adalah penyuka genre metal ini malah terjerumus ke genre britpop. Ya, selanjutnya Purepeople bisa baca di buku Based on a True Story.

Banyak cerita yang tentunya Purepeople belum ketahui. Coba aja kemarin dateng ke Solontongan. Jadi, beli, gih, bukunya pakai uang THR, harganya 75ribu aja bisa dibeli di toko-toko buku kesayangan. Terima kasih, Komunitas Aleut. Semoga kita bertemu di #KelasLiterasi selanjutnya. Saya yang kemarin pakai kerudung abu hehehe.

 

Foto: Rheza Firmansyah

*Terima kasih kepada Kang Idhar atas koreksinya untuk nama-nama yang terlibat dalam proses pembuatan buku

Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑