Month: May 2015 (Page 1 of 2)

E. Dunlop & Co.

image

Walaupun saya sangat sering berjalan kaki melewati plakat yang terpasang di bawah Gedung Kimia Farma Jl. Braga ini, tapi rasanya tidak pernah ada dorongan untuk membaca dengan baik tulisan yang tertera di atas batu marmer ini.

Tadi pagi saat duduk di bangku baru dekat plakat, saya berpikir bahwa ukuran plakat ini terlalu besar, lalu saya mulai memerhatikan isi tulisannya. Ternyata ada salah tulis, kata “akhirnya” di situ terpahat jadi “akhimya”. Tapi bukan itu yang paling menarik perhatian. Di situ ada tertulis “agen ban Dunlop” yang lumayan membuat penasaran. Continue reading

Tan Sin Hok: Ahli Mikropaleontologi Dunia dari Cianjur

Beberapa waktu lalu di internet saya menemukan situs http://brieven-tan-schepers.nl/ yang berisi arsip surat-surat yang dikirmkan oleh pasangan suami-istri Eida Tan-Schepers dan Tan Sin Hok yang tinggal di Bandung kepada orangtua Eida, Sari dan Menno Schepers-Cohen, yang tinggal di Den Haag, Belanda. Arsip surat-surat ini berangka tahun antara 1929 sampai 1946.

Seperti biasa, apa saja yang menyangkut cerita Bandung tempo dulu selalu menarik perhatian saya. Begitu juga dengan pasangan Tan Sin Hok dan Eida Schepers yang pernah tinggal di Bandung ini. Dari situs itu saya ketahui mereka tinggal di sebuah rumah dengan alamat Van Hoytemaweg nomor 4. Nama alamat ini cukup mengejutkan karena merupakan alamat rumah yang dipakai sebagai sekretariat Komunitas Aleut selama ini. Nama alamat sekarang adalah Jl. Sumur Bandung, namun kadang-kadang bersama rekan komunitas kami iseng juga mencantumkan nama alamat pada masa Hindia Belanda itu. Karena itulah saya cukup hafal nama alamat Van Hoytemaweg.

Sejak penemuan situs Tan-Schepers itu saya berencana akan menulis ringkasan tentang Tan Sin Hok yang ternyata merupakan tokoh dengan prestasi keilmuan yang luar biasa. Namanya dikenal secara internasional sebagai ahli mikropaleontologi, satu cabang ilmu yang memelajari kehidupan purba berdasarkan fosil-fosil kecil (mikro). Laporan-laporan penelitiannya dipublikasikan dalam jurnal-jurnal berbahasa Belanda dan Jerman. Sayang sekali berbagai kesibukan membuat rencana penulisan ini terbengkalai tanpa lanjutan.

Tak lama kemudian, dalam fb-group Geotrek Indonesia tiba-tiba terjadi diskusi singkat tentang tokoh Tan Sin Hok yang awalnya dimulai oleh Pak Munasri Aci dan dilanjutkan oleh Pak Awang Satyana. Saya hanya ikut nimbrung dalam soal alamat Van Hoytemaweg dan lokasi Ereveld di permakaman Pandu. Tan Sin Hok memang tewas terbunuh dalam suatu penyerangan di rumahnya yang dilakukan oleh suatu gerombolan pada masa revolusi.

Selama tinggal di Bandung, beberapa kali keluarga Tan Sin Hok berpindah rumah. Salah satu alamat tempat tinggal yang didiami pada periode 1938-1943 adalah di Van Hoytemaweg (Jalan Sumur Bandung di Kota Bandung sekarang).

tan-sin-hok2005

Foto: https://oorlogsgravenstichting.nl

Continue reading

#InfoAleut: Potret Braga: Dulu dan Sekarang

2015-05-24 Potret Braga

#InfoAleut Hari Minggu (24/05/2015) kita akan… “Ngaleut Potret Braga: Dulu dan Sekarang”. Mari bersama-sama melihat Braga dan sekitarnya dari dua masa yang berbeda.

Dalam ngaleut ini, kita akan foto banyak bangunan di sekitaran Braga dan disandingkan dengan kondisi masa lalunya. Apakah terjadi banyak perubahan? Mari cari tahu bersama! 😀

Tertarik untuk bergabung? Langsung saja kumpul di Depan Kantor Pikiran Rakyat (Jl. Asia-Afrika No. 77) pukul 07.00 WIB. Bagi yang punya kamera saku atau DSLR, jangan lupa dibawa karena kita akan hunting foto 😀

Nah, jangan lupa untuk konfirmasikan kehadiranmu ke nomor 0896-8095-4394. Cukup kirim SMS dengan format nama dan kesedian untuk ikut serta. Ingat, konfirmasi ini hukumnya WAJIB yah 🙂

BywSSCTCUAAIE_G

Untuk yang mau daftar keanggotaan, langsung aja di tempat kumpul kegiatan. Konfirmasikan kehadiranmu, hadir di tempat kumpul, lalu daftarkan keanggotaanmu dengan biaya iuran Rp 10.000,00. Voila! Kamu sudah terdaftar sebagai anggota Komunitas Aleut 😀

Sekian saja Info Aleut pagi hari ini. Ayo datang dan ramaikan, karena tiada kesan tanpa kehadiranmu 🙂

Penelusuran Belum Usai (5)

Lanjutan kisah Roman Rasia Bandoeng oleh Lina Nursanty.

SATU per satu tokoh dalam novel roman Rasia Bandoeng terungkap. Setelah hampir satu abad sejak pertama kali novel itu diterbitkan pada awal abad 20, cucu dan cicit para tokoh bermunculan. Mereka mencari asal usul leluhurnya melalui kepingan cerita dalam novel. Dendam lama yang diceritakan dalam novel pun telah terkubur seiring dengan perkembangan zaman. Yang tersisa adalah sebuah cerita roman yang berakhir tragis bagi Hermine Tan.

Dalam bukunya yang berjudul Women and Malay Voices. Undercurrent Murmurings in Indonesia’s Colonial Past, Tineke Hellwig secara hati-hati mencoba memisahkan pembahasan sosok Hermine asli dengan sosok Hermine dalam novel. Ia juga menyatakan simpati kepada Hermine yang dianggapnya sebagai korban dari novelis patriarkat yang tega mengumbar kehidupan pribadi dan bahkan hingga membentuk opini publik yang merugikan nama Hermine. Hingga akhir hayatnya, Hermine tidak terbuka meski kepada anak-anaknya mengenai cerita ini. Continue reading

Romeo Juliet dari Citepus (4)

Lanjutan kisah Roman Rasia Bandoeng oleh Lina Nursanty.

SERAYA berseloroh, Charles Subrata menyebut kisah cinta antara Tan Gong Nio dan Tan Tjin Hiauw dalam novel roman Rasia Bandoeng yang terbit pada awal abad ke-20 di Kota Bandung sebagai “Kisah Romeo-Juliet dari Citepus.” Penyebutan itu terilhami dari kisah perjuangan cinta antara keduanya yang sangat berat karena harus melawan adat feodal.

Seperti diceritakan pada serial ini sebelumnya, Charles yang kini bermukim di Belanda itu mengaku sebagai keponakan Tan Tjeng Hoe yang tak lain adalah Tan Tjin Hiauw yang diceritakan dalam novel tersebut. Seperti juga kerabatnya yang lain, Charles kehilangan jejak kekasih dan isteri pamannya yang bernama Tan Giok Nio atau Hermine Tan. Di dalam novel, nama Hermine diubah menjadi Hilda Tan atau Tan Gong Nio. Continue reading

Gunung Cai Gg. Kina

Gunung Cai Gg. Kina

Hari ini saya berkesempatan mengunjungi dan memeriksa suatu jaringan air peninggalan Hindia Belanda yang terletak di belakang Pabrik Kina. Informasi ini saya dapatkan dari rekan instagram, @dienzfight yang kebetulan berkantor di dekat lokasi jaringan. Ternyata @dienzfight berteman baik dengan Yanti @adetotat yang belakangan ini cukup aktif di Komunitas Aleut. Jadi tadi saya berjanji berjumpa dengan keduanya untuk melihat lokasi jaringan air tua ini.

Tak aneh bila tak banyak orang yang tahu lokasi ini karena letaknya memang agak tersembunyi dari lalu lintas umum. Dalam foto di bawah ini tampak pintu masuk menuju sebuah ruangan besar yang saat ini sudah menjadi gudang. Di dalam ruangan ini ada sebuah bangunan seperti sumur dengan ukuran yang sangat besar, saya rasa diameternya lebih dari 5 m. Tinggi tembok lingkaran sumur sekitar 3 m. Bagian dalam sumur raksasa ini dipenuhi oleh pasir kwarsa, dan sampah2 gudang. Dugaan sementara, sumur ini berfungsi sebagai penyaring air.

IMG_20150522_130614 Continue reading

Komunitas Aleut: Mikawanoh Bandung, Mikawanoh Maneh

Oleh: Arif Abdurahman (@yeaharip)

Utamana jalma kudu réa batur, keur silih tulungan, silih nitipkeunna diri, budi akal lantaran tipada jalma. Kapan ogé lain ari nu ngarana silaturahmi téh bakal manjangkeun rezeki jeung manjangkeun umur. Aya deui hiji mangpaat ceuk sobat kuring mah, “loba ngilu komunitas, bakal ngabuka loba panto ogé pikeun beubeunangan”.

Enya da gening karumasaan yén manusa mah teu bisa kukumaha di alam dunya téh lamun taya batur pakumaha. Apan hiji tugas manusia di dunya mah kudu ngajadikeun diri anu manfaat boh keur sorangan boh keur batur. Tah pikeun nyieun kahadean téh hese mun migawe sosorangan mah, da estu kawengku ku kawates diri salaku manusa jeung salaku dirina pribadi. Gawe babarengan liwat komunitas solusina.

Aya meureun sataunan ieu kuring getol ngilu kagiatan nu diayakeun Komunitas Aleut! Hiji komunitas pikeun niténan ngeunaan Bandung, hususna dina widang sajarahna. Sapertos nu kacatut dina ngaran komunitasna, nya kagiatan utamana ngaleut. Konsep leleumpangan pikeun nalungtik turta mikawanoh sejarah hiji daerah emang jadi metode nu pangbenerna, diterangkeun ku A.L. Rowse dina bukuna “The Use of History”. Continue reading

Kakarěn KAA 2015

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

Tina runtuyan acara Konpěrěnsi Asia Afrika (satuluyna ditulis KAA), tanggal 24 April 2015 minangka puncakna acara. Dina prak-prakanna kaběh kepala nagara jeung para delegasina miěling KAA nu munggaran ku cara Historical Walk anu hartina leumpang bersejarah. Kajadian ěta nu kungsi dilakonan ku Prěsiden Soekarno jeung kepala nagara nu sějěnna, dimimitian ti Hotěl Savoy Homann nepika Gedung Merděka (baheula mah ngaranna Corcordia).

Nya dina acara ěta pisan sabenerna mah hajatna Bandung těh, dan ari konpěrěnsina mah diayakeunna di Jakarta tegesna di JCC (Jakarta Convěntion Centre). Tah saměměh puncakna acara, atuh daěk teu daěk Kota Bandung kudu dibebenah jeung digeugeulis. Kurang leuwih piduabulaneun deui kana tanggal 24, pagawě geus sarigep měměrěs trotoar, masang lampu, masang bangku, ngecět wangunan nu kuleuheu, jeung sajabana.

Ku kituna, sababaraha juru Kota Bandung těh jadi rada alus meueusan. Di saparat Jalan Asia Afrika atawa baheula mah ngaranna těh Jalan Raya Timur (de Groote Postwěg), bangku ngajajar dina trotoar. Aya ogě bola-bola batu nu diukir ku tulisan ngaran-ngaran nagara Asia jeung Afrika. Atuh lampu-lampu jang nyaangan jalan jeung jang hiasan gě teu katinggaleun. Lampu-lampu ěta dijieunna makě gaya klasik, nu luhurna aya maung jěngkě nu siga keur ngagaur. Continue reading

Bandung as a Gimmick City

Oleh: M. Ryzki Wiryawan (@SadnessSystem)

Gimmick : A trick or device intended to attract attention, publicity, or trade (oxforddictionaries.com)

Beberapa waktu yang lalu, Walikota Bandung sempat dikritik karena dianggap hanya menjalankan gimmick untuk menunjukan kesuksesannya. Gimmick yang dimaksud adalah kebijakan-kebijakan yang bersifat penampakan luar, bukan bersifat esensial. Hal ini menarik untuk dicermati, karena di era demokrasi ini pemimpin merupakan cerminan dari rakyatnya. Apabila walikota Bandung adalah jago gimmick, begitu pula dengan rakyat Bandung itu sendiri.

Bandung, berbeda dengan daerah lain seperti Yogyakarta atau Bali, tidak memiliki akar budaya yang kuat karena relatif masih berusia sangat muda. Kota Bandung baru berdiri sekitar 200 tahun yang lalu (tahun 1810). Itupun kurang tepat karena resminya Bandung masih berstatus kabupaten hingga diresmikan menjadi gemeente (kotamadya) pada tahun 1906. Sejak berstatus gemeente itulah Bandung mulai membangun identitasnya sebagai “Kota Eropa”. Tujuannya adalah untuk menarik para pensiunan pegawai Eropa dari berbagai kota di Nusantara untuk menghabiskan masa tuanya di Bandung alih-alih pulang ke kampung halamannya di Eropa. Agar para pensiunan itu merasa “tinggal di rumah sendiri”, Bandung dipermak sedemikian rupa agar lingkungannya menyerupai lingkungan Eropa. Usaha ini cukup berhasil karena nantinya selain mendapat julukan “Parijs van Java”, Bandung juga mendapat julukan “de Stad der Gepensioneerden” (Kota Pensiunan). Continue reading

Beda Nasib Observatorium Mohr dan Observatorium Bosscha

Oleh: Kedai Preanger (@KedaiPreanger)

observatorium mohr 1

Gambar di atas merupakan observatorium abad ke-18 milik Tuan Mohr di Glodok yang berlokasi di dekat Klenteng Ji Den Yuen, Petak Sembilan, Batavia. Ketika Kapten Cook memperbaiki Kapalnya Endeavour di Pulau Onrust, Batavia, dia mencatat mengenai Observaturium Johan Mauritz Mohr ini. Lewat Observatorium miliknya, Pastor Mohr mengamati Transit Venus. Misi yg sama juga diemban oleh James Cook, di samping misi utamanya menemukan Benua di belahan Selatan. Nasib observatorium ini berakhir di tangan bencana alam.  Continue reading

Bosscha dan Social Entrepreneurship

Oleh: Arif Abdurahman (@yeaharip)

kar bosscha social entrepreneur

Foto asli: Koleksi Troppenmuseum

Jika tak ada kebijakan CSR, akankah sebuah perusahaan mendermakan sebagian pemasukannya? Secara prinsip ekonomi mustahil, ini disebut pemborosan, kecuali pendermaan tadi termasuk dalam bagian promosi.

Namun tentunya sebagai bagian dari masyarakat, mereka yang diberi kelebihan rezeki dibebankan sebuah tanggung jawab sosial untuk menyisihkan sebagian kekayaannya. Dan ya, pengusaha menjadi salah satu kekuatan dalam memajukan sekitar. Homo homini lupus, manusia memang menjadi serigala bagi sesamanya, namun jangan lupakan bahwa dasar kita adalah sebagai hewan yang bermasyarakat. Continue reading

#InfoAleut: Apresiasi Musik Populer

tmp_14314-IMG-20150515-WA00571419442624

#InfoAleut Hari Minggu (17/05/2015) kita akan… “Apresiasi Musik Populer”. Mari bersama-sama mendengarkan musik populer favoritmu.

 

Tertarik untuk bergabung? Langsung saja kumpul di Kedai Preanger (Jl. Solontongan No. 20D) pukul 13.00 WIB. Jangan lupa bawa album atau lagu favoritmu, apapun formatnya 😀

 

Nah, jangan lupa untuk konfirmasikan kehadiranmu ke nomor 0896-8095-4394. Cukup kirim SMS dengan format nama dan kesedian untuk ikut serta. Ingat, konfirmasi ini hukumnya WAJIB yah 😊

BywSSCTCUAAIE_G

Untuk yang mau daftar keanggotaan, langsung aja di tempat kumpul kegiatan. Konfirmasikan kehadiranmu, hadir di tempat kumpul, lalu daftarkan keanggotaanmu dengan biaya iuran Rp 10.000,00. Voila! Kamu sudah terdaftar sebagai anggota Komunitas Aleut 😀

 

Sekian saja Info Aleut pagi hari ini. Ayo datang dan ramaikan, karena tiada kesan tanpa kehadiranmu 😊

Kordon adalah Kita

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

DSCN4834

Seorang perempuan muda turun dari angkot jurusan Buahbatu-Kalapa di Jl. Gurame. Saya kira dia masih usia kuliah, dari wajah yang tak boros saya menebaknya. “Ti Kordon,” ucapnya sambil memberikan ongkos ke sopir angkot. Kordon? Ya, semenjak berdomisili di Buahbatu, saya sering mendengar kata itu.

Kata berikutnya yang begitu lekat dengan Kordon adalah Pasar, maka menempellah Pasar Kordon di lereng ingatan, dan apa yang mengendap di benak saya dari sebuah pasar? ; jorok dan bau tentu saja. Pasar Kordon dari jalan raya, selalu terlihat deretan pisang yang menggantung menunggu pinangan calon pembeli, dan lorong agak gelap ke dalam. Kalau saja minat pada sejarah dan kehidupan sosial tidak membibit, barangkali saya tidak akan pernah nyukcruk ke dalam pasar itu. Maka Ahad kemarin (10 mei 2015) minat itu mengejawantah; saya mencoba menyigi Kordon. Continue reading

Melihat Kordon Bagian Utara Dari Lensa Kamera

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Saat mendengar kata ‘kordon’, maka hal yang tergambar di kepala saya adalah sebuah daerah yang berada di selatan Bandung, tepatnya di ujung Jl. Margacinta dan pertengahan Jl. Terusan Buah Batu. Saya cukup kenal dengan daerah ini karena hampir setiap hari saya lintasi saat masih kuliah S1 dulu. Sampai sekarang, Kordon masih dikenal dengan kemacetannya terutama di daerah Pasar Kordon. Seberapa parah kemacetannya? Ya cukuplah untuk membuat antrian panjang dari Perempatan Buah Batu – Bypass sampai ke pasar. Selepas pasar, lalu-lintas kembali normal lagi. Luar biasa memang.

Terlepas dari keruwetannya yang kita lihat dan rasakan sehari-hari, ternyata daerah Kordon memiliki beberapa objek menarik yang berhasil saya abadikan melalui kamera Canon 600D yang saya bawa di Ngaleut Kordon hari Minggu kemarin.

Masjid Agung Buah Batu

Masjid Agung Buah Batu

Masjid Agung Buah Batu

Continue reading

#InfoAleut: Ngaleut Kordon

IMG_20150509_032313

#InfoAleut Hari Minggu (10/05/2015) kita akan… “Ngaleut Kordon”. Mari bersama-sama mencari tahu tentang daerah yang terletak di Bandung bagian selatan ini.

Seperti apa kondisi Kordon saat ini? Bagaimana kondisi sungai yang melintas di daerah ini? Apa saja yang dijual di Pasar Kordon? Mari kita cari tahu bersama! 🙂

Tertarik untuk bergabung? Langsung saja kumpul di Masjid Agung Buah Batu (dekat Pasar Kordon) pukul 07.30 WIB. Jangan lupa bawa alat tulis, karena akan ada hal penting yang harus dicatat 😀

Nah, jangan lupa untuk konfirmasikan kehadiranmu ke nomor 0896-8095-4394. Cukup kirim SMS dengan format nama dan kesedian untuk ikut serta. Ingat, konfirmasi ini hukumnya WAJIB yah 🙂

BywSSCTCUAAIE_G

Untuk yang mau daftar keanggotaan, langsung aja di tempat kumpul kegiatan. Konfirmasikan kehadiranmu, hadir di tempat kumpul, lalu daftarkan keanggotaanmu dengan biaya iuran Rp 10.000,00. Voila! Kamu sudah terdaftar sebagai anggota Komunitas Aleut 😀

Sekian saja Info Aleut pagi hari ini. Ayo datang dan ramaikan, karena tiada kesan tanpa kehadiranmu 🙂

« Older posts

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑