Apa rasanya jika foto yang dihasilkan dinilai kurang berhasil dengan baik secara teknis??
T_T sedih beneurrr..
Se-hing-ga.. jadilah aku memutuskan untuk menebusnya dengan sebentuk reportase kegiatan Komunitas Aleut! di hari kemarin sembari menyisipkan apa yang berhasil secara teknis ^_^
Si Tuan Kodok bersaksi, berlatar Bang Ridwan, Ayan, dan segenap Aleutian *mohon maap.. mohon maap.. nite-mode memang sukar kalo si tangan relatif kurang stabil karena udah kepengenan makan Batagor.. heuheu..*
Jadi begini..
Ba’da sholat Ashar, aku yang yakin dengan Mario-Bros-merah-melekat-di-badan-plus-jaket-merah-melapisi-kemudian berjalan dengan kecepatan di bawah rata-rata standar aku-yang-pejalan-kaki ^_^
Tujuannya ke Sumur Bandung 4 yang yaaahh bisalah dicapai dalam kisaran 15 menit.
Selain ada janji dengan buku bagus yang direkomendasikan Ayan, sore ini ada acara NoBar A.K.A Nonton-Bareng Aleutian plus buka puasa bebarengan juga.
Nonton film apa sih, Kuk?? Sejarah Kemerdekaan Indonesia kah?? Itu loh, yang skenarionya disusun Indra itu bukan??
Wew ~_~ jelas bukan dunk..
Di acara NoBar pertamanya aku dengan Aleut! ini.. film yang akan menjadi “korban” mata, hati, dan telinga adalah Le Grand Voyage yang skenario-nya ditulis serta disutradarai langsung oleh Ismaël Ferroukhi.
Heuh?? Film apa itu?? Bagus gitu??
Haitss.. jangan salah ^_^ Le Grand Voyage ini punya beberapa prestasi yang tidak main-main dalam catatan perfilman Internasional loh *kata IMDB nih.. kata IMDB..*, antara lain:
- pemenang Luigi De Laurentiis Award (sutradara: Ismaël Ferroukhi | produser: Humbert Balsan) di Venice Film Festival 2004
- nominasi Golden Star di Marrakech International Film Festival 2004
- nominasi International Jury Award di São Paulo International Film Festival 2005
- pemenang Jury Award kategori: Best Actor (untuk pemeran Reda: Nicolas Cazalé) di Newport International Film Festival 2005
- pemenang kategori: Best Director (Ismaël Ferroukhi) dan Best Actor (untuk pemeran Ayah Reda: Mohamed Majd) di Mar del Plata Film Festival 2005
- nominasi BAFTA Film Award kategori: Best Film not in the English Language di BAFTA Awards 2006
Bagi para penggemar film-film dengan genre action, science-fiction, kolosal, Le Grand Voyage jauh dari semua itu. Terlalu abstrak pun sebenarnya tidak. Justru sederhana ^_^ sederhana yang sebenarnya sih (IMHO) tidak membutuhkan pemikiran terlalu rumit untuk mencerna apa yang menjadi makna didalamnya.
Jika ingin mendapatkan cerminan hubungan ayah dan anak yang kurang harmonis, Le Grand Voyage memberikan dengan relatif baik *jadi lucu deh.. jadi kayak yang bales-balesan gitu deh itu ayah dan anak.. heuheu.. ketika yang satu berbuat salah yang satu merasa benar jadilah bilang begini.. ketika yang tadinya merasa benar menjadi salah jadilah tampak begitu.. emm.. bukan sesuatu yang asing dan baru sebenarnya di kehidupan sehari-hari.. makanya yaaa.. aku cenderung bisa menikmati sih..*
Jika ingin mendapatkan kenyataan bahwa banyak hal yang tidak sekedar dapat diketahui, dikuasai dan dinikmati hanya karena seseorang bisa baca dan tulis, Le Grand Voyage memberikan gambaran yang yahh cukuplah meski tidak terlalu menohok tetapi.. daleuuumm.. *pendidikan tinggi ga menjamin kalo kamu lebih hebat dari orang yang ga mengenyam pendidikan tinggi tapi udah punya pengalaman, teman.. ga boleh sombong apalagi sama orang tua tuh..*
Jika ingin mendapatkan “ilmu” mendidik anak tanpa pemaksaan kehendak *meski berbenturan kiri-kanan-depan-belakang-atas-bawah dengan apa yang diyakini sebagai seorang ayah yang.. hemmh.. jelas-jelas punya hak untuk berkata, “Siapa duluan sih yang ngerasain hidup di dunia ini?? Emangnya kamu itu udah tau mana yang benar mana yang salah??”* Le Grand Voyage punya selipan pengetahuan tak tertulis itu ~_~ *like this bangetlah si aku mah..*
Jika ingin melihat cara lain berhaji selain cara yang populer dilangsungkan oleh pemerintah Indonesia, Le Grand Voyage memberikan gambaran yang tepat dan ^_^ pfiuhhh.. sukses nih si mister Ferroukhi.. aku benar-benar teramat sangat ingin sekali menempuh perjalanan ibadah tersebut dengan cara seperti yang ditempuh Ayah Reda *kebayang ajah.. kalo rencananya matang, mulai dari perkiraan waktu perjalanan plus anggaran plus perkiraan hal-tak-terduga.. ga kelupaan bekal niat yang sebenar-benarnya niat.. bisa ketemu banyak keindahan di luar dugaan dan kesemuanya bisa direkam.. sampai pada akhirnya akan mengantarkan aku ke satu keindahan terrrrr-Maha.. TUHAN * ^_^v
dan..
Jika ingin melihat persaudaraan yang sukses menggerus perbedaan warna kulit, ras, suku, kebangsaan ^_^ Le Grand Voyage menunjukkannya dengan manis di beberapa scene menjelang akhir perjalanan Reda dan Ayahnya, keindahan beragama yang semestinya (IMHO)
Happy-ending atau sad-ending atau tragis-manis-romantis-lapis-legit atau.. atau??
T_T dengan teramat sangat menyesal.. film ini menyediakan dua sisi ending yang berlawanan:
- sad-ending untuk Reda yang kehilangan ayahnya dalam masa ibadah Haji,
- happy-ending untuk Ayah Reda karena beliau meninggal ketika sedang beribadah, pergi dalam keyakinannya.
Di antara sekian banyak scene dan dialog dalam film ini *termasuk si Nenek misterius itu tuh..* ada dialog menarik yang terjadi antara Reda dan ayahnya. Kalau aku tidak salah ingat, dialog ini berlangsung ketika si Ayah tidak menemukan setetes air pun di jerigen air yang mereka bawa dan taruh di bagasi mobil; berlangsung ketika Reda mendapati Ayahnya menggunakan pasir untuk tayamum.
Reda: Why didn’t you fly to Mecca? It’s a lot simpler.
The Father: When the waters of the ocean rise to the heavens, they lose their bitterness to become pure again…
Reda: What?
The Father: The ocean waters evaporate as they rise to the clouds. And as they evaporate they become fresh. That’s why it’s better to go on your pilgrimage on foot than on horseback, better on horseback than by car, better by car than by boat, better by boat than by plane.
>,< duuuhh.. bagaimana mungkin si aku tidak semakin ingin menjalani ibadah Haji dengan cara yang tak-selazimnya dilalui para calon Haji dari Tanah Air *pikir.. pikir.. pikiiirrr.. aku maunya yang kayak di film ini nihhh.. beneuuurrrr..*
Hemmm..
Ckckckck..
Ahhh.. sudahlah..
Maka ucapan terima kasih berikutnya dihaturkan pada:
- tidak-sekedar-segelas-Teh-Hangat melainkan juga pada 3 (tiga) potong Batagor ala Mang-yang-di-Simpang-tea..
- Aleutian yang berbagi salam kenal dan macam-macam pemikiran seusai menonton Le Grand Voyage *keren-keren gitu.. heuheu.. beda ama yang nyeleneh dari dunia lain hihi..*
- payung unik-nya Indi yang jadi bulan-bulanan si CunCun *pelopornya ini.. pelopor.. padahal awalnya siiihh tampak berusaha memperbaiki apa yang terlihat sedikit-bergeser-dari-baik..* lalu kemudian menular ke para pegiat Aleut! dikarenakan multi-fungsinya si payung tersebut dalam perannya sebagai: ulekan, tongkat security, pin bowling, tongkat baseball, alat tulis, pemukul golf, microphone, pembelah duren, rokok, emmm.. emmm.. -__-a apa lagi ya?? *lupa eunngg..* para Aleutian lainnya harap bersiap karena permainan unik ini dimungkinkan akan segera dirilis di acara Aleut! berikutnya loh ~_~ heuheu..
-__-a ehh.. eh.. tapi kok ya si aku sebenarnya relatif bingung.. lah ucapan “Terima Kasih” pertamanya sudah diucapkan untuk siapa sih?? *mendadak lapeerr..*
<hening>
<krik>
<krik>
<kriuk>
Akhirul kalam.. menjelang waktunya sahur hari ini dan terkantuknya si aku *untuuuunnggg itu kelas pagi jam 9 yaaa.. alhamdulillah..* maka note ini dicukupkan sekian saja *kekacauan berikutnya di luar tanggung jawab penulis yang.. udah atulah nyak.. positip ngantuk..*
Sampai ketemu 27.08.2010 di acara Buka Bareng Aleut! yaaaa..
* * *