BANDUNG THE GARDEN CITY. Lagi-lagi julukan yang diberikan buat kota Bandung. Bandung punya taman? Ya! Bandung punya banyak sekali taman yang tersebar baik di jantung maupun penjuru kotanya. Taman apa aja sih yang dipunyai kota Bandung? Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, saya dan teman-teman Klab Aleut pada hari minggu (07/06/09) berwisata taman yang diberi judul ‘Menyusuri Taman-Taman dan Perumahan Tempo Doeloe di Kota Bandung’.
Menurut jadwal, jam 07.07 pagi kami sudah harus berkumpul di sekretariat Klab Aleut , jalan Sumur Bandung no.4. Niatnya sih dateng tepat waktu. Tapi karena saya salah naik angkot, saya jadi telat kumpul deh (padahal emang sering telat dateng. Hehe malu .. ). Jam 08.00 pagi kami mulai perjalanan diawali dengan sedikit cerita dari Bang Ridwan tentang Bandung yang diberi julukan ‘Bandung Kota Bunga di Hindia Belanda’. Wuiiiih ….
Titik henti pertama kami yaitu taman kecil tanpa nama, berbentuk segitiga, agak panas karena pohonnya sedikit, letaknya di dekat kampus ITB sebelah utara. Di taman ini Bang Ridwan bercerita Jubileumpark. Dalam bahasa Belanda, Jubileum berarti lima puluh tahun. Taman ini memang dibangun dalam rangka memperingati 50 tahun ratu Wilhelmina, pada tahun 1923. Wilayah Jubileumpark ini dimulai dari kolam renang Sabuga sampai dengan jalan taman hewan. Tahun 1950-an Jubileumpark menjadi kebun binatang.
Perjalanan dilanjutkan dengan memasuki area kampus ITB. Dulu namanya Technische Hoogeschool (THS). Cuaca yang cerah ditambah lingkungan yang asri (ehm!) bikin jalan-jalan pagi kali ini terasa nyamaaan banget. Tampak beberapa orang sedang berolahraga pagi : jogging, badminton, bersepeda. Juga beberapa kelompok yang sedang berdiskusi. Hmmm udara bersih, lingkungan sehat. Jadi betah … Berjalan-jalan di kampus ITB yang sedang sepi, tidak kami sia-sikan kesempatan ini. Mengamati arsitektur bangunan ITB yang unik, melihat plakat-plakat yang tersebar di tiap fakultas, melihat laboratorium Bosscha. Sayang kami tidak bisa masuk ruangan ini karena dikunci. Katanya sih ruang kelasnya masih bergaya khas eropa .. (penasaran banget!). Yang pasti dan patut dibanggakan, THS ini adalah perguruan tinggi pertama bukan saja di Bandung tapi di Hindia Belanda!! Wow … !!
Taman kedua yang kami singgahi yaitu Ijzermanpark atau sekarang namanya Taman Ganesha. Ijzerman adalah seorang yang telah berjasa dalam pendirian THS. Taman ini dibangun sebagai penghargaan atas jasa-jasanya. Di bagian depan taman, terdapat patung yang mengalami beberapa kali pergantian. Patung pertama yaitu sebuah patung dada Ijzerman, lalu diganti dengan patung Ganesha dan sekarang patung (kayaknya bukan patung deh) berbentuk tiga buah susunan kubus. Yang paling buat saya takjub, ternyata di tembok setengah lingkaran (bagian depan taman) terdapat plat-plat penunjuk gunung-gunung yang mengelilingi kota Bandung!! Quel unique! Très magnifique! (kemana aja saya selama ini?)
Info kurang penting mengenai taman Ganesha : salah satu tempat favorit saya mengisi waktu, bertukar fikiran, dan berbagi cerita sambil minum susu murni rasa strawberry atau mocca dengan seseorang .. hihi .. ^^
Yup! Lanjut susuri taman! Sampailah kami di taman Badak Singa. Letaknya tepat di belakang SMAK Dago. Sebelum dipindahkan ke Gasibu, warga Bandung (bangsa eropa) bermain sepak bola di taman ini. Kayaknya dulu tamannya gak seperti sekarang ini ya (pastinya lahh).. Tamannya gak begitu besar dan di sekelilingnya dibatasi pagar.
Dari Taman Badak Singa, tadinya kami hendak bertolak ke Taman Cikapayang. Tapi karena tidak memungkinkan untuk bercerita langsung disana, kami memilih tempat yang tidak jauh dari Taman Badak Singa untuk bercerita, di ujung jalan mundinglaya. Lokasi yang sekarang menjadi Taman Cikapayang, sebelumnya ditempati pom bensin, yang memang sebelumnya juga merupakan sebuah taman. Huff beruntung sekali difungsikan menjadi taman kembali. Taman yang dibangun dengan perencanaan yang sangat matang jalur pengairannya oleh Martanagara, bupati Bandung saat itu. Sekarang Taman Cikapayang sering dijadikan tempat bermain skateboard dan tempat berkumpul komunitas-komunitas sepeda.
Dari jalan mundinglaya, kami menyebrang ke gedung rektorat ITB. Dapet pengetahuan baru mengenai Balubur yang merupakan kampung tertua di Bandung, asal muasal adanya nama jalan kebon bibit yang ternyata dulunya adalah kompleks khusus tempat pembibitan tanaman. Bibit-bibitnya mungkin untuk ditanam di seluruh taman di kota Bandung, agar terus terjaga keindahan dan keasriannya. Hebat banget ya pemerintah Hindia Belanda merancang kota kita ini. Sangat terencana.
Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan ke ranggamalela. Melihat rumah Wolff Schoemaker yang sekarang ditempati OCBC NISP. Sempat dibongkar pada bagian belakang, tapi sudah dibangun kembali seperti bentuk aslinya. Huff hampir aja kita kehilangan satu cagar sejarah … Tepat di depan sekolah Pribadi, ada satu taman yang sekarang namanya Taman flexi. Sebelum ada flexi, namanya Taman Rangga Gading. Dulu waktu saya les bahasa inggris di daerah ini, banyak anak muda yang nongkrong-nongkrong. Sekarang masih banyak juga ya? Jarang lewat .. ^^
Mulailah kami menelusuri perumahan tempo doeloe, daerah jalan sultan tirtayasa. Melewati ruas jalan ini rasanya adem bener (n_n). Banyak pepohonan yang tumbuh di kiri-kanan jalannya. Rumah – rumahnya masih bergaya tempo doeloe. Perumahan di jalan sultan tirtayasa ini merupakan kompleks perumahan yang sangat terencana. Mulai dari jalan, penanaman pohon, pengairan, dll. Hal unik yang baru saya ketahui, di persimpangan jalan (daerah tertentu) biasanya terdapat rumah kembar. Termasuk di persimpangan jalan ini (jalan Sultan Tirtayasa, jalan Trunojoyo, jalan Maulana Yusuf). Rumah di persimpangan ini kembar empat lho!!
Tembus ke Gempol, istirahat dulu sejenak sambil makan kupat tahu Gempol. Selain kupat tahu, masakan-masakan yang dijual disini enak-enak lho! Sate maranggi-nya juga boleh dicoba! Tapi berhubung hari minggu, yang masak pada libur. Coba lain waktu aja yaa! Di daerah ini juga ada toko roti. Namanya Toko Roti Gempol. Kurang dikenal memang, tapi kata Bang Ridwan, turis Belanda suka beli roti di toko ini. Pengetahuan yang saya dapat mengenai Gempol, merupakan salah satu kampung verbetering (nulisnya bener gak bang?). Kampung yang mengalami banyak perbaikan lingkungan seperti pengerasan jalan, pemugaran rumah, saluran pembuangan limbah, saluran got, sumur, sampai listrik. Hanya ada satu gerbang sebagai akses jalan keluar-masuk dan dua brandgang sebagai jalan evakuasi jika terjadi kebakaran.
Lewati brandgang, keluarlah kami di jalan Banda. Menelusuri sedikit ruas jalan Riau yang merupakan kompleks perumahan mewah di tahun 1910. Masih dapat kita temukan rumah-rumah tempo doeloe seperti Heritage Factory Outlet, Dakken Coffee, Gudeg Bengawan Solo, Goethe Institue, de Coral Factory Outlet dan masih banyak lagi.
Berjalanlah kami ke jalan Saparua. Cerita sekilas tentang S. Albanus, gereja katholik bebas yang dibangun tahun 1908. Bangunannya masih asli tapi kurang terawat. Sudah tidak dipakai sebagai gereja, namun di dalamnya terdapat perpustakaan dan tempat kursus bahasa belanda yang masih digunakan. Di seberang gereja Albanus adalah GOR Saparua, lapangan tertua di Bandung. Selain digunakan untuk berolahraga, dulu juga dijadikan tempat latihan militer.
Di seberang GOR Saparua ruas jalan aceh adalah Jaarbeurs. Gedung tempat diadakannya bursa dagang tahunan di Bandung. Dibagun tahun 1920-an, terkenal sekali dengan tiga patung Torso-nya. Kenapa ada patung Torso ya? Kata Pa Goer, patung Torso itu simbol perdagangan di Romawi. Hmm bener ga ya?
Taman Maluku dulu namanya Molukkenpark. Dari taman-taman yang telah saya lewati tadi, inilah taman yang menurut saya paling rimbun, indah dan asri (ehm lagi!). Terdapat patung pastor Verbraak yang terbuat dari perunggu. Verbraak adalah seorang yang berpengaruh bagi militer di Bandung. Sepertinya menyenangkan sekali bila dapat menikmati suasana Molukkenpark dari dalam. Pohon-pohonnya yang rimbun, segarnya udara dan kanal-kanal indah yang hanya bisa kita temukan di taman ini. Sayang sekali kami terhalang pagar tinggi yang mengelilinginya dan gerbang taman yang terkunci (nampaknya memang selalu terkunci).
Voilà! Akhirnya sampai juga kami di titik akhir perjalanan yaitu Taman Bali atau Taman PLN sebelah gedung SMAN 5. Seperti biasa, di akhir perjalanan, pegiat Aleut saling berbagi pengalaman apa saja yang didapat sepanjang perjalanan yang sudah ditempuh. Banyak sekali kekecewaan yang dirasakan teman-teman melihat kondisi taman-taman kota di Bandung. Kecewa terhadap kurangnya perhatian dan pemeliharaan oleh pemerintah terhadap taman-taman kota. Sampai burung-burung pun tidak ada yang betah bermain di taman-taman ini (burung juga ikutan sharing. Hehe).
Sebenarnya masih banyak taman-taman yang belum sempat kami telusuri. Ada Taman Pramuka, Taman Balai Kota, Taman Cibeunying, Taman Cilaki (Taman Lansia), Taman Ciujung, Taman Karang Setra, Taman Viaduct, Taman jalan Palasari, Taman Hutan Raya, Taman Irene dan Taman Citarum yang sekarang sudah hilang, juga Insulindepark atau Taman Lalu Lintas (TLL) dimana di taman ini terdapat satu jenis pohon langka. Namanya pohon Samolo. Adanya cuma di taman ini lho! Jumlahnya hanya dua pohon ! Di pojok kanan dan kiri gerbang masuk TLL. Sudah dua tahun tidak berbuah karena kemungkinan pohon ini amat sensitif terhadap polusi. Padahal seharusnya pohon Samolo berbuah setahun sekali di sekitar bulan Juli-Agustus. Yah .. semoga tahun ini berbuah ..
Rupanya julukan Bandung The Garden City hanya berlaku di tahun 1930-an. Karena sekarang taman-taman di Bandung sudah tidak seindah dulu. Taman yang masih bertahan sampai saat ini semoga tidak bernasib malang seperti taman-taman lainnya yang hilang dan berubah fungsi menjadi mall atau pom bensin ( hiks! Sedih!). Ayo bantu saya menjaga dan mempertahankan taman-taman di Bandung ! Dengan tidak merusak dan mencemarinya, agar taman tidak lagi berpagar dan kita dapat dengan bebas menikmati taman-taman indah di kota Bandung !
————————–
Mau ngucapin bon travaille! buat dua sejoli kita, Chandra and the Beybone yang udah bikin jalur ini. Ditunggu jalur-jalur bagus lainnya yaa! Madadayo .. ! ^^