Franz Willem Junghuhn

Oleh: Tegar Sukma Aji Bestari (@teg_art)

junghuhn-portrait

Bagi orang yang tinggal di wilayah Bandung Raya, sebagian pernah mendengar nama Junghuhn setidaknya sebagai nama suatu wilayah rekreasi di wilayah Lembang. Di dalam wilayah yang dikenal dengan nama Taman Junghuhn ini terdapat prasasti yang menandakan pertamakali nya penanaman kina di wilayah Lembang.

Junghuhn yang lahir pada 26 Oktober 1809 di Mansfeld, Jerman ini dikenal sebagai pelopor penanaman kina di Indonesia, bukan itu saja bahkan Junghuhn adalah orang yang pertama kali menggambarkan topografi pulau Jawa yang sangat detail beserta varitas tumbuhannya dan meneliti secara rinci peradaban di wilayah Batak Selatan yang akhirnya membuka wawasan orang Belanda untuk bisa masuk ke wilayah Sumatra Utara.

Setibanya Junghuhn di Batavia pada tanggal 13 Oktober 1835, ia bekerja sebagai dokter di rumah sakit tentara di Weltervreden. Walaupun bekerja sebagai dokter, Junghuhn sangat tertarik kepada tanaman terutama pada jamur. Ketertarikannya pada tamanan membuat geologis bernama Dr. E. A. Fritze mengankatnya menjadi seorang botanis. Ketika menjadi botanis ini lah Junghuhn mulai berkeliling ke banyak gunung khususnya di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Artikel pertama Junghuhn yang dipublikasikan intenasional, membahas tentang jamur yang tumbuh di Jawa dengan judul “Praemissa in Floram Cryptogamicam Javae Insulae” pada tahun 1839. Pada saat itu Junghuhn sudah bisa menggambar semua spesies jamur di Jawa, prestasi yang sangat memukau untuk peneliti yang tinggal di Jawa hanya dengan kurun waktu 4 tahun.

Pada tahun 1840, atas keinginan sendiri Junghun meminta di pindah tugaskan ke Sumatra lalu diperintahkan oleh Komisari. Pemerintah Pieter Merkus  untuk meneliti daerah Batak, pada saat itu Belanda sangat kesulitan masuk ke wilayah itu karena diindikasi adanya kanibalisme. Dalam pekerjaannya di Sumatra, Junghuhn hanya mempu menjalaninya selam 13 bulan karena terserang penyakit disentri. Namun demikian hasil pekerjaannya sangatlah luar biasa. Ia merupakan perintis dalam pengukuran kawasan batak dengan sangat detail dan teliti, dan secara etonologis Junghuhn mampu membuat deskripsi dan keadaan suku Batak dengan sangat baik. Pada saat itu sudah ada peta Pulau Sumatra yang dibuat oleh seorang Inggris bernama William Marsden, namun Junghuhn telah membuat peta Sumatra tengah dengan jauh lebih detail dan akurat.

Sekembalinya ia dari Sumatra, tepatnya pada akhir 1843 ia menelurkan sebuah karya “Sumbangan untuk Sejarah Gunung-gunung di Jawa” yang dimuat di Tijdschrift voor Neerlands Indie ketika ia mulai tinggal di wilayah Priangan. Salah satu puncak kejayaan dari kehidupan Junghuhn sehingga ia bisa disebut sebagai pelopor penggambaran dan pemetaan wilayah Jawa adalah ketika tahun ia mencatatkan perjalan perjalanan dia berkeliling ke banyak gunung di Jawa Timur dan mengirimkan catatannya ke Tijdschrift voor Neerlands Indie. Setelah itu Junghuhn ke wilayah Jawa Tengah dan menuliskan buku yang berisikan ekspedisi, petualangan dan penelitian dia bersama Dr. Fritze dengan judul “Junghuhn Topographische und naturwissenschftliche Reisen” di Jerman.

Pada Mei 1855 Junghuhn membuat peta Pulau Jawa yang sangat detail yang terdiri dari 4 lembar. Peta ini diproduksi dan dijual dengan 2 versi, yang berwarna dan tidak. Peta ini setelah di bandingkan dengan peta google map, sangatlah akurat.

Junghuhn mengklasifikasikan Geografi Tumbuhan dengan 4 klasifikasi, yaitu :

  1. Wilayah < 600 mdpl

Disebut wilayah panas dan cocok ditanami tumbuhan seperti sawah, kelapa dan pohon jati

  1. 600 mdpl < wilayah < 1500 mdpl

Wilayah sedang yang cocok ditanami teh dan kopi

  1. 1500 mdpl < wilayah < 2500 mdpl

Wilayah sejuk yang cocok ditanami sayuran, anggrek dan umbi-umbian

  1. Wilayah  >  2500 mdpl

Wilayah dingin yang sulit ditanami pohon tanaman produktif yang biasa dihuni ileh jenis agapetes.

Kecintaan Junghuhn kepada alam diperlihatkan juga dengan fokus dia dalam mengabadikan setiap peristiwa dan tumbuhan yang dia lihat. Junghuhn adalah salah satu ilmuan pertama yang mempergunakan seni fotografi dalam tugas-tugasnya, walaupun set alat fotografi pada saat itu sangatlah berat. Saking beratnya alat fotografi yang dia punya, dia sangat kesulitan jika harus membawa peralatan fotografinya untuk mengambil gambar di tempat yang jauh. Selain kecintaannya pada fotografi, Junghuhn juga sangat mahir membuat berbagai sktesta terkait pemandangan yang ia lihat selama perjalanan penelitiaannya.

Junghuhn mungkin adalah salah satu penggagas reboisasi di Indonesia, dia mengusulkan adanya reboisasi karena adanya penggundulan hutan yang menyebabkan kekeringan yang cukup panjang di beberapa daerah di Jawa pada tahun 1856.

Pada tahun 1800-an wabah malaria sedang merebak di seluruh dunia dan diketahui juga bahwa kina adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan kina. Perminataan kina membludak di seluruh dunia, maka pemerintah Hindia Belanda berencana untuk membudidayakan kina sekaligus akan dijadikan komoditas ekspor. Justus Karl Hasskarl adalah orang pertama yang membawa kina dari Peru ke Indonesia, dan dia sempat ditunjuk menjadi direktur perkebunan kina. Namun sayang kesehatannya menurun secara drastis yang membuat dia harus pulang kembali ke Eropa. Lalu pada tahun 1858, mulailah Junghuhn mengambil alih tugas yang sebelumnya dipegang oleh Just Karl Hasskarl. Junghuhn diharuskan memeriksa jumlah alkaloid di tanaman kina. Junghuhn berhasil membudidayakan Kina mencapai jumlah 1.100.000 tanaman. Itulah salah satu alasan Junghuhn disebut juga sebagai Bapak Kina.

Junghuhn wafat pada tanggal 24 April 1864 pada umur 54 tahun dan Taman Junghuhn dibuat untuk menghormati segala apa yang telah ia perbuat untuk Indonesia.

 

Tautan asli: https://ngalamundinahalimun.wordpress.com/2016/02/29/franz-willem-junghuhn/

Satu pemikiran pada “Franz Willem Junghuhn

  1. Ping balik: Senja di Pantai Laut Selatan Pulau Jawa Bagian 2 | Dunia Aleut!

Tinggalkan komentar