Pada tanggal 14 Agustus kemarin, seluruh anggota Pramuka Indonesia, termasuk saya, merayakan hari ulang tahun gerakan Pramuka yang ke-52. Namun apabila kita menelusuri sejarah, sebenarnya gerakan Kepanduan / Pramuka telah lama ada sebelum itu.
Organisasi kepanduan dunia lahir pada tahun 1909 dan segera menyebar ke seluruh dunia sejak itu termasuk ke Indonesia. Adalah berkat jasa seorang Belanda bernama P.Joh. Smits pada tahun 1912, organisasi kepanduan “Indische Padvinderij” berdiri di Indonesia. Walau perkembangannya tidak terlalu cepat, pada tanggal 4 September 1917 mereka berhasil mendirikan markas utama di Weltevreden.
Menariknya, perkembangan kepanduan di Indonesia (lagi-lagi) tidak bisa dilepaskan dari peranan kaum Teosofi. Semboyan Padvinders “Karaktervorming! Broederschap! Lichamelijke ontwikkeling! (Pembangunan Karakter, Persaudaraan, dan pembanguan fisik) sangat sesuai dengan cita-cita kaum Teosofi. Sehingga tidak aneh apabila dalam organisasi ini, seorang anak pribumi bisa membaur bersama orang-orang Eropa (lihat foto). Suatu kemajuan pada zaman itu.
Kedekatan antara Kepanduan dengan Teosofi juga ditunjukan dari kehadiran Hinloopen Labberton (Suhu Agung Teosofi Indonesia) pada upacara pelantikan pengurus kepanduan Hindia Belanda pada tahun 1917 oleh istri Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Countess van Limburg Stirum – van Sminia. Selain itu, seorang anggota Gerakan Teosofi terkemuka, A. Meijroos memimpin gerakan Pramuka di Ardjoenaschool. Yang menarik lagi, ternyata markas gerakan Padvinderij di Bandung menempati markas Gerakan Teosofi Bandung (Bandung Loge) !
Nama Padvinders kemudian diubah menjadi “Pandu” oleh Haji Agus Salim, seorang mantan anggota Teosofi. Pada perkembangannya, konsep gerakan kepanduan ini akan diadopsi oleh organisasi-organisasi lain, yang kemudian membentuk Javanse Padvinders Organisatie (JPO), Taruna Kembang, dan Padvinders Muhammadyah (yang kemudian menjadi Hizbul Wathan). Baru pada tanggal 28 Desember 1945 seluruh organisasi itu bergabung di bawah naungan “Pandu Rakyat Indonesia”.
Keterangan foto : Gubernur Jenderal van Limburg Stirum dan Istri di tengah-tengah anggota kepanduan (Padvinderij) Bandung.
Oleh : M.Ryzki Wiryawan (ryzkiwiryawan)