Oleh : Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)
Bandung, dasar di danau
lari tertumbuk di bukit – bukit
Ramadhan K.H – Tanah Kelahiran 6
Senin itu, IYAF (Indonesian Youth Agriculture Forum) dan Komunitas Aleut bekerja sama dalam kegiatan bersama. Isi kegiatan bersama tersebut yakni ngaleut dan belajar bersama. Peserta kegiatan saat itu berasal dari anggota IYAF yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. IYAF adalah sebuah forum mahasiswa – mahasiswa untuk mendiskusikan dan memberi solusi atas masalah pertanian di Indonesia.
Dengan mengambil rute Jalan Braga dan sekitarnya, peserta kegiatan yang berjumlah 51 orang memulai dengan berjalan dari Jalan Cikapundung Timur ke Titik Nol Bandung. Dalam perjalanannya, peserta kegiatan dipandu oleh Vecco dan Herdi sebagai perwakilan dari Komunitas Aleut. Di lokasi Titik Nol Bandung, Herdi dan Vecco mulai bercerita mengenai asal mula Titik Nol Bandung dan hubungannya dengan Jalan Raya Pos.
Setelah dari Titik Nol Bandung, para peserta diarahkan ke Hotel Preanger. Saat di depan Hotel Preanger, para peserta diceritakan mengenai para Preanger Planters yang sering turun gunung ke Bandung untuk berbelanja. Selain kisah para Preanger Planters, peserta kegiatan diceritakan juga mengenai juru gambar Hotel Preanger yang kelak menjadi presiden pertama Republik Indonesia.
Setelah dari Hotel Preanger, para menyeberang menuju Hotel Savoy Homann. Di sini dua anggota Komunitas Aleut mulai bercerita mengenai salah satu hotel tertua di Bandung ini. Selain cerita sejarah hotel Savoy Homann, ada juga cerita mengenai delegasi – delegasi Konferensi Asia Afrika 1955 yang menginap di Hotel Savoy Homann.
Memasuki Jalan Braga, para peserta mulai menghadapi hambatan yakni trotoar yang sedang diperbaiki. Karena hambatan tersebut, para peserta terpaksa berjalan di tepi jalan khusus untuk kendaraan bermotor.
Di ruas jalan ini, Herdi dan Vecco menceritakan asal mula nama Braga dan kisah-kisah Jalan Braga pada masa kolonial. Selain itu para peserta mendapat cerita-cerita mengenai toko serba ada De Vries dan perkumpulan Societeit Concordia yang punya peran penting dalam perkembangan kota Bandung. Umumnya mereka cukup kaget mendengar kisah kamar mandi di dalam toko De Vries yang merupakan hal pertama di Bandung saat itu.
Pada lokasi berikutnya, atau titik yang kelima, kami membuka cerita dengan ketokohan arsitek C.P. Wolff Schoemaker, dilanjutkan dengan bioskop Majestic dan Hotel Braga yang sekarang menjadi Hotel Ibis style Bandung Braga. Tak lupa, kami sampaikan juga tentang sebuah toko terkenal di Braga, Au Bon Marche yang sekarang menjadi Café Zombie.
“Siapa yang tak kenal Sutan Syahrir dan Soekarno?” Adalah pertanyaan pembuka sebelum kami menceritakan latar belakang sebuah bangunan yang menjadi titik keenam. Di sini, Herdi dan Vecco bercerita mengenai bangunan yang dulu bernama Ons Genoegen. Selain tentang gedungnya, kami ceritakan juga pertemuan antara Sutan Syahrir dengan Soekarno di Ons Genoegen.
Setelah berjalan cukup jauh, para peserta yang mulai kelelahan mencari tempat makanan ringan di Jalan Braga. Untungnya, titik ketujuh kegiatan ini adalah Sumber Hidangan atau dulu bernama Het snoephuis. Dengan menggunakan waktu 15 menit dan 30 ribu, setiap peserta mulai memilih makanan yang tersaji di ruang saji. Ada yang membeli satu atau dua buah kue. Ada juga yang membeli sampai lima hingga sepuluh kue Sumber Hidangan.
Pada titik kedelapan, para peserta mendapatkan cerita-cerita di balik Gedung Gas Negara. Ada peserta kegiatan yang menceritakan pengalaman masuk Gedung Gas Negara saat pameran foto mengambil lokasi di gedung tersebut. Selain cerita pengalaman masuk, Vecco dan Herdi juga bercerita mengenai proses distribusi gas sebelum masa kemerdekaan Indonesia.
Dalam istirahat kedua di gedung Landmark, para peserta memakai tangga masuk untuk menjadi tempat duduk. Selain beristirahat, para peserta mengambil sela – sela waktu istirahat untuk berfoto bersama dengan latar pintu masuk Landmark. Setelah beristirahat, Vecco dan Herdi mulai bercerita mengenai Landmark yang sebelumnya bernama penerbit Van Dorp.
Dengan mengambil tempat di depan Bank Indonesia, anggota Komunitas Aleut menceritakan dan memperlihatkan Bank Indonesia tempo dulu. Pada titik terakhir ini, para peserta berdecak kagum dengan keindahan dan kemegahan bangunan Bank Indonesia yang memang sudah terkenal.
Pada akhir kegiatan, para peserta dan Komunitas Aleut beristirahat dan berbagi kesan di Taman Balai Kota. Sayang, saat penyerahan piagam dari IYAF ke Komunitas Aleut, hujan besar turun di taman. Oleh karena itu, kami melanjutkan penutupan kegiatan bersama dilakukan di dalam bis.
Sumber Foto :
@IYAF2014