Cerita Sebuah Donat di Pagi Hari

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

IMG_20141207_091951

do·nat n kue yg dibuat dr tepung terigu, mentega, gula, dsb, berbentuk bundaran yg berlubang di tengahnya

Pagi itu saat Ngaleut Jelajah Taman dan Villa, sebetulnya saya sudah sarapan dan hanya berniat untuk membeli sebotol kecil teh susu di Roti Gempol, namun niat itu luluh saat saya berjalan menuju meja kasir. Tak sampai sejengkal dari meja kasir, hidung saya mencium aroma khas donat yang baru saja diangkat dari penggorengan (iya, hidung saya memang sedikit hipersensitif kalau menyangkut urusan makanan). Tanpa pikir panjang saya mengeluarkan ekstra Rp 4.500,00 dari dompet saya untuk satu buah donat yang ditaburi gula tepung. Dalam waktu kurang dari 3 menit, donat itu sudah berada di dalam sistem pencernaan saya.

***

Asal-usul Donat

Berhubung saya hanya sebagai ahli (memakan) donat, maka kutip penjelasan mengenai asal-usul donat dari Wikipedia.

Asal-usul donat sering menjadi sumber perdebatan. Salah satu teori mengatakan donat dibawa ke Amerika Utara oleh imigran dari Belanda yang juga memopulerkan hidangan penutup lain, seperti: kue kering, pai krim (cream pie) dan pai buah (cobbler).

Cerita lain mengatakan donat berbentuk cincin diciptakan kapten kapal asal Denmark bernama Hanson Gregory. Sang kapten sering harus menyetir kapal dengan kedua belah tangan karena kapal sering dilanda badai. Kue gorengan yang dimakan ketika sedang menyetir ditusukkan ke roda kemudi kapal, sehingga kue menjadi bolong. Kebetulan bagian tengah kue juga sering belum matang, sehingga donat sengaja dibuat berlubang di tengah agar permukaan donat yang terkena minyak bertambah dan donat cepat matang.

***

Donat dan Indonesia

Jika dilihat dari kacamata kuliner lokal, jelas donat tidak masuk ke dalam katogeri kuliner nusantara mengingat merupakan produk asing (populer di Amerika). Alhamdulillah, sampai tulisan ini di-publish juga saya belum menemukan kajian serius antara donat dengan Zionisme maupun fatwa yang melarang untuk menyantap donat dengan alasan donat merupakan makanan asal Amerika Serikat yang merupakan sekutu Israel.

Di Indonesia, kita dapat menjumpai donat dengan berbagai tekstur, rupa, dan harga. Mulai dari yang teksturnya mirip batu bata hingga yang bisa lumer dengan mudah di mulut, dari yang harganya Rp. 1.000,00 hingga Rp 20.000, dan dari yang berupa seperti bola tenis hingga berupa… donat. Dengan mudah dapat melihat beberapa kotak donat yang berada di boncengan motor di pagi hari. Setidaknya kita akan melihat dua motor membawa berkotak-kotak donat, akan lebih banyak jika rumahmu tak jauh dari pabrik pembuatan donat, dan bahkan lebih banyak lagi jika di kampusmu sedang ada kegiatan danus.

Inti dari omong kosong dalam paragraf di atas adalah, donat telah menjadi bagian dari kehidupan orang Indonesia meskipun berasal dari luar Indonesia. Lihat saja bagaimana menjamurnya penjualan donat di Indonesia, mulai dari donat yang dijual oleh franchise di banyak mal dan pusat perbelanjaan lainnya hingga donat yang dijual di warung kecil dan pedangang keliling. Seringkali donat dianggap sebagai makanan Barat yang mewah, padahal dengan Rp 1.000,00 pun kita dapat menikmati sebuah donat.

Tulisan ini bukanlah propaganda, tapi menjadi pengingat bahwa suka atau tidak suka kekayaan kuliner di Indonesia itu juga dipengaruhi budaya dan kekayaan kuliner dari luar negeri. Seringkali fakta ini terabaikan atas nama nasionalisme.

___

Tautan asli: https://aryawasho.wordpress.com/2014/12/10/cerita-sebuah-donat-di-pagi-hari/

Tinggalkan komentar