#PojokKAA2015: Satu Angklung, Satu Indonesia, Satu Harmoni

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

Pagi itu, ada hal yang tidak lazim di sekitaran Stadion Siliwangi. Jalan sekitaran Stadion Siliwangi ditutup oleh polisi dan tentara. Selain itu, banyak orang yang mengantre masuk ke dalam Stadion Siliwangi. Setelah bertanya ke beberapa orang, saya baru tahu bahwa akan ada pemecahan rekor angklung di Stadion Siliwangi.

Riuh anak sekolah di Stadion Siliwangi

Rombongan Siswa SMAN 1

Rombongan Siswa SMAN 1

Stadion Siliwangi diisi oleh lautan anak sekolah dengan seragam yang berbeda – beda. Ada yang memakai baju batik khas sekolah. Ada yang memakai baju seragam. Ada juga yang memakai baju bebas. Semuanya berkumpul di depan Stadion Siliwangi.

Setelah bertanya – tanya, ternyata anak sekolah tersebut telah berkumpul dari jam 6 pagi. Mereka semua diutus oleh sekolahnya masing – masing untuk bermain angklung. Setiap sekolah mengirimkan sekitar 40 – 50 murid untuk bermain angklung.

Ada hal menarik yang saya tangkap saat itu. Ada beberapa sekolah yang membawa spanduk berukuran sedang. Spanduk tersebut berisi nama sekolah dan logo sekolah. Menurut mereka, spanduk tersebut dibawa agar mereka terlihat oleh orang sekitar.

Kerja keras Tim Relawan

Salah satu bagian yang menarik saat pemecahan rekor adalah kerja keras tim relawan. Saat itu, jumlah relawan yang membantu sekitar 700 – 800 orang. Mereka semua bekerja sama dan tanpa henti saat pemecahan rekor berlangsung.

Saat berkeliling di dalam Stadion Siliwangi, saya melihat kerja tim Relawan yang sangat konsisten dan aktif. Salah satu yang membuat saya kagum adalah tim Burma dan tim Pakistan. Kedua tim tersebut bekerja hingga di pojok paling sempit di Stadion Siliwangi.

Tim relawan Pakistan

Tim relawan Pakistan

Saya tidak bisa membayangkan pemecahan rekor tersebut apabila tidak ada tim relawan yang ikut. Walaupun demikian, mengatur tim relawan yang banyak adalah hambatan tersendiri untuk panitia.

Pemburu momen bernama Wartawan

Wartawan

Saat menunggu jalannya acara, saya sempat berbincang dengan salah satu wartawan. Saya sempat bertanya alasan dia ikut meliput pemecahan rekor. Ternyata alasan dia adalah ingin menjadi bagian sejarah Konferensi Asia Afrika.

Alasan wartawan tersebut sepertinya ada dalam setiap wartawan yang berada di Stadion Siliwangi. Mereka semua memburu momen penting ini. Mereka memotret seluruh sudut hingga harus naik di salah satu tiang.

Semangat pemain angklung

Siswa SD

Setelah perbincangan saya dengan wartawan selesai, saya kembali berkeliling di Stadion Siliwangi. Saat berkeliling, saya melihat banyak pemain angklung yang terlihat lelah. Ternyata mereka lelah karena terik matahari yang panas.

Tapi terik matahari tidak membuat pemain angklung goyah. Mereka semua ada di Stadion Siliwangi karena ingin masuk dalam sejarah. Walaupun ada beberapa pemain yang pingsan, tapi mereka kembali lagi ke Stadion Siliwangi.

Selama berkeliling, saya masih melihat siswa SD yang bersemangat. Mereka menyanyikan lagu Halo – halo Bandung dengan girang. Sepertinya, mereka lupa akan terik matahari yang panas.

Daeng Udjo dan Heal The World

Saat pemecahan rekor berlangsung, seluruh pemain angklung dipimpin oleh satu dirigen. Dirigen tersebut adalah Daeng Udjo yang berasal dari Saung Angklung Udjo. Saat itu, dia ditemani dengan 35 pemain Angklung Udjo.

Dirigen

Selain Daeng Udjo, ada hal yang menarik saat pemecahan rekor. Hal menarik tersebut berasal dari lagu Heal The World yang dimainkan pemain angklung. Sepertinya pemilihan lagu ini bermaksud untuk memberitahukan agar seluruh warga Asia Afrika bersatu.

Pemain angklung

Tinggalkan komentar